Rabu, 16 Desember 2015

Danau Situ Bagendit


Danau Situ Bagendit

Danau Situ Bagendit terdapat di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Jawa Barat, seputar empat km. dari Kota Garut. Nama danau di ambil dari nama seseorang janda kaya yang tamak serta kikir. Lantaran kekikiran serta ketamakannya, satu hari janda itu memperoleh pelajaran dari seseorang kakek tua, hingga ia serta semua harta kekayaannya ditenggelamkan air. Tersebut kisahnya : 

Alkisah, di suatu desa terpencil di daerah Jawa Barat, ada seseorang janda muda yang kaya raya serta tak memiliki anak. Hartanya yang melimpah ruah serta rumah sangatlah besar yang ditempatinya adalah warisan dari suaminya yang sudah wafat dunia. Tetapi sungguh disayangkan, janda itu sangatlah kikir, pelit, serta tamak. Ia tak pernah ingin memberi pertolongan pada warga yang memerlukan. Bahkan juga bila ada orang miskin yang datang ke tempat tinggalnya untuk meminta pertolongan, ia tak segan-segan mengusirnya. Lantaran sifatnya yang kikir serta pelit itu, jadi orang-orang di sekelilingnya memanggilnya Bagenda Endit, yang berarti orang kaya yang pelit. 

Terkecuali mempunyai harta warisan yang melimpah, Bagende Endit juga mewarisi pekerjaan suaminya juga sebagai rentenir. Nyaris semua tanah pertanian di desa itu yaitu kepunyaannya yang dibeli dari masyarakat seputar lewat cara memeras, yakni meminjamkan duit pada warga dengan bunga yang tinggi serta memberikannya tempo pembayaran yang sangatlah singkat. Bila ada warga yg tidak mampu membayar hutang sampai jatuh tempo, jadi tanah pertaniannya mesti jadi taruhannya. Tidak heran bila masyarakat sekitarnya banyak yang jatuh miskin lantaran tanah pertanian mereka habis dibeli seluruhnya oleh janda itu. 

Satu hari, saat Bagende Endit tengah asik menghitung-hitung emas serta permatanya di depan tempat tinggalnya, mendadak seseorang wanita tua yang tengah menggendong bayi datang menghampirinya. 

“Bagende Endit, kasihanilah kami! Telah dua hari anak saya tak makan, ” kata wanita itu memelas. 

“Hai wanita tua yg tidak tahu diri! Maka dari itu, janganlah mempunyai anak bila anda tak dapat memberikannya makan! Enyahlah kau dari hadapanku! ” bentak Bagende Endit. 

Bayi di gendongan wanita itu juga menangis mendengar nada bentakan Bagende Endit. Lantaran kasihan lihat bayinya, pengemis tua itu kembali memohon pada janda kaya itu supaya memberi sesuap nasi untuk anaknya. Tanpa ada sepatah kata, Bagende Endit masuk ke rumah. Alangkah sukanya hati wanita tua itu, lantaran menduga Bagende Endit bakal mengambil makanan. 

“Cup... cup... cup...! Diamlah anakku sayang. Sebentar lagi kita bakal memperoleh makanan, ” rayu wanita itu sembari meniadakan air mata bayinya. 

Tidak berapakah lama lalu, Bagende Endit juga keluar. Tetapi, bukannya membawa makanan, tetapi suatu ember yang diisi air serta mendadak Bagende Endit menyiramkannya ke arah wanita tua itu. 

“Byuuurrr...! Rasakanlah ini hai wanita tua! ” seru Bagende Endit. 

Tidak ayal lagi, sekujur badan wanita tua serta bayinya jadi basah kuyup. Sang bayi juga menangis dengan sejadi-jadinya. Dengan hati pilu, wanita tua itu berupaya mendiamkan serta mengusap badan bayinya yang basah kuyup. Lihat wanita tua belum juga pergi, janda kaya yg tidak berpesan itu makin geram. Dengan muka garang, ia selekasnya mengusir wanita tua itu keluar dari pekarangan tempat tinggalnya. Sesudah wanita tua itu pergi, Bagende Endit kembali masuk ke tempat tinggalnya. 

Esok harinya, sebagian warga datang ke rumah Bagende Endit meminta air sumur untuk kepentingan memasak serta mandi. Kebetulan di desa itu cuma janda kaya tersebut hanya satu yang mempunyai sumur serta airnya juga sangatlah melimpah. Sesaat warga di sekelilingnya mesti mengambil air di sungai yang jaraknya cukup jauh dari desa. 

“Bagende Endit, tolonglah kami! Biarkan kami mengambil air di sumur Bagende buat kami gunakan memasak. Kami telah kelaparan, ” iba seseorang warga dari luar pagar rumah Bagende Endit. 

“Hai, kalian seluruhnya! Saya tak mengizinkan kalian mengambil air di sumurku! Bila kalian ingin mengambil air, pergilah ke sungai sana! ” usir Bagende Endit. 

Beberapa warga itu tak dapat berbuat apa-apa. Pada akhirnya, mereka juga sangat terpaksa pergi ke sungai untuk mengambil air. Tidak berapakah lama sesudah warga itu berlalu, mendadak seseorang kakek tua renta berdiri sembari memegang tongkatnya di depan rumah Bagenda Endit. Kakek itu juga punya maksud untuk meminta air namun cuma untuk diminum. 

“Ampun Bagende Endit! Berilah hamba seteguk air minum. Hamba sangatlah haus, ” iba Kakek itu. 

Bagende Endit yang mulai sejak tadi telah terasa jengkel jadi makin jengkel lihat kehadiran kakek tua itu. Tanpa ada sepata kata juga, ia keluar dari tempat tinggalnya lantas hampiri serta merampas tongkat sang kakek. Dengan tongkat itu, ia lalu memukuli kakek itu sampai babak belur serta jatuh tersungkur ke tanah. Lihat kakek itu tak telah tak berdaya lagi, Bagende Endit buang tongkat itu di samping kakek itu lantas bergegas masuk ke tempat tinggalnya. 

Sungguh malang nasib kakek tua itu. Bukannya air minum yang didapat dari janda itu tetapi penganiayaan. Sembari menahan rasa sakit di sekujur badannya, kakek itu berupaya mencapai tongkatnya untuk dapat bangkit kembali. Dengan sisa-sisa tenaga yang dipunyainya, kakek itu menancapkan tongkatnya di halaman rumah Bagende Endit. Demikian ia mencabut tongkat itu, mendadak air menyembur keluar dari sisa tancapan tongkat itu. Berbarengan dengan itu, kakek itu juga menghilang tak tahu ke mana. 

Makin lama semburan air itu makin besar serta deras. Beberapa warga juga berlarian meninggalkan desa itu untuk menyelamatkan diri. Disamping itu, Bagende Endit masih tetap ada didalam tempat tinggalnya akan menyelamatkan seluruhnya harta bendanya. Tanpa ada diakuinya, nyatanya air sudah menggenangi semua desa. Ia juga berupaya untuk menyelamatkan diri sembari berteriak meminta tolong. 

“Tolooong.... Toloong... Tolong saya! Saya tak dapat berenang! ” teriak Bagende Endit meminta tolong sembari menggendong suatu peti emas serta permatanya. 

Bagende Endit selalu berteriak sampai suaranya jadi parau. Tetapi tidak seseorang juga yang datang menolongnya lantaran semua warga sudah pergi meninggalkan desa. Janda kaya yang pelit itu tak dapat lagi menyelamatkan diri serta terbenam berbarengan semua harta kekayaannya. Makin lama, desa itu selalu tergenang air sampai pada akhirnya lenyap serta menjadilah suatu danau yang luas serta dalam. Oleh orang-orang setempat, danau itu dinamakan Situ Bagendit. Kata situ bermakna danau yang luas, sedang kata bagendit di ambil dari nama Bagende Endit.
loading...

Related Posts

Danau Situ Bagendit
4/ 5
Oleh