Rabu, 16 Desember 2015

Asal Usul Kota Banyuwangi

Pada zaman dulu di lokasi ujung timur Provinsi Jawa Timur ada suatu kerajaan besar yang diperintah oleh seseorang Raja yang adil serta bijaksana. Raja itu memiliki seseorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kesukaan Raden Banterang yaitu berburu. “Pagi hari ini saya bakal berburu ke rimba. Siapkan alat berburu, ” kata Raden Banterang pada beberapa abdinya. Sesudah peralatan berburu siap, Raden Banterang dibarengi sebagian pengiringnya pergi ke rimba. Saat Raden Banterang jalan sendirian, ia lihat seekor kijang melintas di depannya. Ia selekasnya menguber kijang itu sampai masuk jauh ke rimba. Ia terpisah dengan beberapa pengiringnya. 

“Kemana seekor kijang tadi? ”, kata Raden Banterang, saat kehilangan jejak buruannya. “Akan ku mencari selalu hingga bisa, ” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar serta pohon-pohon rimba. Tetapi, binatang buruan itu tak diketemukan. Ia tiba di suatu sungai yang sangatlah bening airnya. “Hem, fresh nian air sungai ini, ” Raden Banterang minum air sungai itu, hingga terasa hilang dahaganya. Kemudian, ia meninggalkan sungai. Tetapi baru sebagian langkah jalan, mendadak dikagetkan kehadiran seseorang gadis cantik jelita. 

“Ha? Seseorang gadis cantik jelita? Apakah benar ia seseorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu rimba, ” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang membulatkan tekad mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu rimba? ” sapa Raden Banterang. “Saya manusia, ” jawab gadis itu sembari tersenyum. Raden Banterang juga mengenalkan dianya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati datang dari kerajaan Klungkung”. “Saya ada ditempat ini lantaran menyelamatkan diri dari serangan musuh. Bapak saya sudah gugur dalam menjaga mahkota kerajaan, ” Tuturnya. Mendengar perkataan gadis itu, Raden Banterang terperanjat bukanlah kepalang. Lihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang selekasnya membantu serta mengajaknya pulang ke istana. Selang beberapa saat mereka menikah bangun keluarga bahagia. 

Disuatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati! ”, panggil seseorang laki-laki yang kenakan pakaian compang-camping. Sesudah mencermati muka lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang ada di depannya yaitu kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kehadiran Rupaksa yaitu untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, lantaran Raden Banterang sudah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia ingin diperistri Raden Banterang lantaran sudah berhutang budi. Dengan demikian, Surati tidak ingin menolong ajakan kakak kandungnya. Rupaksa geram mendengar jawaban adiknya. Tetapi, ia pernah memberi suatu masa lalu berbentuk ikat kepala pada Surati. “Ikat kepala ini mesti kau taruh dibawah tempat tidurmu, ” pesan Rupaksa. 

Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tak di ketahui oleh Raden Banterang, karena Raden Banterang tengah berburu di rimba. Ketika Raden Banterang ada di dalam rimba, mendadak pandangan matanya dikagetkan oleh kehadiran seseorang lelaki kenakan pakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri, ” kata lelaki itu. “Tuan dapat lihat buktinya, dengan lihat suatu ikat kepala yang ditempatkan dibawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu punya lelaki yang disuruhi tolong untuk membunuh Tuan, ” tuturnya. Sesudah mengatakan kalimat itu, lelaki kenakan pakaian compang-camping itu hilang dengan cara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia juga selekasnya pulang ke istana. Sesudah tiba di istana, Raden Banterang segera menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang sudah dikisahkan oleh lelaki kenakan pakaian compang-camping yang sudah menjumpai di rimba. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini juga sebagai bukti! Kau berencana ingin membunuhku dengan minta tolong pada yang memiliki ikat kepala ini! ” tuduh Raden Banterang pada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku? ” tandas Raden Banterang. ”Jangan asal tuduh. Adinda sekalipun tak punya maksud membunuh Kakanda, terlebih minta tolong pada seseorang lelaki! ” jawab Surati. Tetapi Raden Banterang terus pada keputusannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu bakal membahayakan hidupnya. Nah, saat sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dulu mau mencemoohkakan istrinya. 

Raden Banterang punya niat menenggelamkan istrinya di suatu sungai. Sesudah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan perihal pertemuan dengan seseorang lelaki compang-camping saat berburu di rimba. Sang istri juga menceritakan perihal pertemuan dengan seseorang lelaki kenakan pakaian compang-camping seperti yang diterangkan suaminya. “Lelaki itu yaitu kakak kandung Adinda. Dialah yang berikan suatu ikat kepala pada Adinda, ” Surati menuturkan kembali, supaya Raden Banterang luluh hatinya. Tetapi, Raden Banterang terus yakin bahwa istrinya bakal mencemoohkakan dianya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati serta perasaan Kakanda! Adinda ikhlas mati untuk keselamatan Kakanda. Namun berilah peluang pada Adinda untuk menceritakan tentang pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa, ” ucap Surati mengingatkan. 

“Kakak Adindalah yang bakal membunuh kakanda! Adinda diminati pertolongan, namun Adinda tolah! ”. Mendengar hal itu, hati Raden Banterang tak cair bahkan juga berasumsi istrinya berbohong.. “Kakanda! Bila air sungai ini jadi bening serta harum baunya, bermakna Adinda tak bersalah! Namun, bila terus keruh serta bau busuk, bermakna Adinda bersalah! ” seru Surati. Raden Banterang berasumsi perkataan istrinya itu mengada-ada. Jadi, Raden Banterang selekasnya menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Berbarengan itu juga, Surati melompat ke tengah sungai lantas menghilang. 

Tak berapakah lama, berlangsung suatu keajaiban. Bau nan harum merebak di seputar sungai. Lihat peristiwa itu, Raden Banterang berseru dengan nada gemetar. “Istriku tak berdosa! Air kesempatan ini harum baunya! ” Begitu menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, serta menyesali kebodohannya. Tetapi telah terlambat. 

Mulai sejak itu, sungai jadi harum baunya. Dalam bhs Jawa dimaksud Banyuwangi. Banyu berarti air serta wangi berarti harum. Nama Banyuwangi lalu jadi nama kota Banyuwangi.
loading...

Related Posts

Asal Usul Kota Banyuwangi
4/ 5
Oleh