Rabu, 16 Desember 2015

MALIN KUNDANG

Narasi Rakyat Sumatera Barat 

Dalam Narasi rakyat ini banyak arti yang tersirat didalamnya seperti kita mesti berbakti pada orangtua, Lantaran Orang Tua kususnya Berbakti pada Ibu. Ada pepatah surga ada ditelapak kaki Ibu serta saran pada anak-anak supaya berbakti pada Ibu, okelah segera saja untuk memerhatikan Narasi Rakyat Malin Kundang berikut ini. 

Disuatu hari, hiduplah suatu keluarga di pesisir pantai lokasi Sumatra. Keluarga itu memiliki seseorang anak yang dinamakan Malin Kundang. Lantaran keadaan keluarga mereka sangatlah memprihatinkan, jadi bapak malin mengambil keputusan untuk pergi ke negeri seberang. 

Besar harapan malin serta ibunya, satu hari kelak ayahnya pulang dengan membawa duit banyak yang nanti bisa untuk beli kepentingan sehari-hari. Sesudah berbulan-bulan lamanya nyatanya bapak malin tak kunjung datang, serta pada akhirnya sirnalah harapan Malin Kundang serta ibunya. 

Sesudah Malin Kundang beranjak dewasa, ia memikirkan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nanti saat kembali pada kampung halaman, ia telah jadi seseorang yang kaya raya. Pada akhirnya Malin Kundang turut berlayar berbarengan dengan seseorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang telah berhasil. 

Sepanjang ada di kapal, Malin Kundang banyak belajar perihal pengetahuan pelayaran pada anak buah kapal yang telah memiliki pengalaman. Malin belajar dengan telaten perihal perkapalan pada rekan-temannya yang lebih memiliki pengalaman, serta pada akhirnya dia sangatlah mahir dalam soal perkapalan. 

Banyak pulau telah dikunjunginya, s/d satu hari di dalam perjalanan, mendadak kapal yang dinaiki Malin Kundang terserang oleh bajak laut. Seluruhnya barang dagangan beberapa pedagang yang ada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan juga beberapa besar awak kapal serta orang yang ada di kapal itu dibunuh oleh beberapa bajak laut. Malin Kundang sangatlah mujur dianya tak dibunuh oleh beberapa bajak laut, lantaran saat momen itu berlangsung, Malin selekasnya bersembunyi di suatu ruangan kecil yang tertutup oleh kayu. 

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, sampai pada akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di suatu pantai. Dengan bekas tenaga yang ada, Malin Kundang jalan menuju ke desa yang paling dekat dari pantai. Sesampainya di desa itu, Malin Kundang ditolong oleh orang-orang di desa itu sebelumnya setelah menceritakan peristiwa yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar yaitu desa yang sangatlah subur. Dengan keuletan serta kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan sukses jadi seseorang yang kaya raya. Ia mempunyai banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya kian lebih 100 orang. Sesudah jadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seseorang gadis untuk jadi istrinya. 

Sesudah sebagian lama menikah, Malin serta istrinya lakukan pelayaran dengan kapal yang besar serta indah dibarengi anak buah kapal dan pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang sehari-hari menunggui anaknya, lihat kapal yang sangatlah indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia lihat ada dua orang yang tengah berdiri diatas geladak kapal. Ia meyakini bila yang tengah berdiri itu yaitu anaknya Malin Kundang beserta istrinya. 

Malin Kundang juga turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Sesudah cukup dekat, ibunya lihat belas luka dilengan kanan orang itu, makin percayalah ibunya bahwa yang ia dekati yaitu Malin Kundang. " Malin Kundang, anakku, kenapa kau pergi demikian lama tanpa ada kirim berita? ", tuturnya sembari memeluk Malin Kundang. Namun Kundang selekasnya melepas pelukan ibunya serta mendorongnya sampai terjatuh. " Wanita tidak tahu diri, asal-asalan saja mengakui juga sebagai ibuku ", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tak mengetahui ibunya, lantaran malu dengan ibunya yang telah tua serta kenakan pakaian compang-camping. " Wanita itu ibumu? ", Bertanya istri Malin Kundang. " Tak, ia cuma seseorang pengemis yang pura-pura mengakui juga sebagai ibuku supaya memperoleh harta ku ", sahut Malin pada istrinya. Mendengar pernyataan serta diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangatlah geram. Ia tak mengira anaknya jadi anak durhaka. Lantaran kemarahannya yang mencapai puncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sembari berkata " Oh Tuhan, bila benar ia anakku, saya sumpahi dia jadi suatu batu ". Sesaat kemudian angin bergemuruh kencang serta badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Kemudian badan Malin Kundang perlahan-lahan jadi kaku serta makin lama pada akhirnya berupa jadi suatu batu karang. 
loading...

Related Posts

MALIN KUNDANG
4/ 5
Oleh